“Kegelapan yang berjalan”, itu salah satu ciri sahabat yang resah dan
gelisah. Logika tidak memberikan jawaban memuaskan, rasa juga serupa. Saran
orang lain meragukan, pendapat keluarga mencurigakan. Orang-orang dekat
terlihat tidak bersahabat, orang-orang jauh apa lagi. Akibatnya mudah ditebak,
semua arah miskin cahaya. Semua langkah menuju arah yang berbahaya.
Dan mengacu pada ramalan WHO (organisasi kesehatan dunia) yang meramalkan
kalau mulai tahun 2020 sakit mental akan lebih berbahaya dibandingkan sakit
fisik, kuantitas dan kualitas manusia yang di dalamnya gelap tampaknya akan
terus bertambah. Ada yang menyebut ini beban, ada juga yang menyebut ini
kesempatan.
Di jalan-jalan cahaya, hadirnya kegelapan di sana-sini adalah bel kosmik yang
mengundang sebanyak mungkin manusia untuk menjadi pembawa cahaya. Dengan kata
lain, ini adalah kesempatan untuk memancarkan cahaya. Bukannya bel kematian
bagi pembawa-pembawa cahaya.
Mengacu pada cerita banyak sahabat yang membuka rahasia dirinya di sesi-sesi meditasi, salah satu ciri jiwa yang gelap di dalamnya adalah terlalu sedikit dipuji sejak kecil. Sebaliknya malah terlalu sering dihakimi dan dimaki. Penghakiman keluarga dan lingkungan inilah yang membuat tidak sedikit manusia yang mengunci rapat-rapat ruang jiwanya di dalam sehingga terus menerus gelap.
Mengacu pada cerita banyak sahabat yang membuka rahasia dirinya di sesi-sesi meditasi, salah satu ciri jiwa yang gelap di dalamnya adalah terlalu sedikit dipuji sejak kecil. Sebaliknya malah terlalu sering dihakimi dan dimaki. Penghakiman keluarga dan lingkungan inilah yang membuat tidak sedikit manusia yang mengunci rapat-rapat ruang jiwanya di dalam sehingga terus menerus gelap.
Itu sebabnya, bisa dipahami kalau pemikir humanis bernama Dale Carnegie
pernah mewariskan pesan, pujian bukanlah perkara kecil. Asal dilakukan secara
tulus dan halus, dalam kuantitas dan kualitas yang pas, pujian bisa
menghadirkan cahaya indah ke ruang gelap orang-orang. Sering terjadi, pujian
kecil yang pas dan ringkas bisa membuat seseorang bahagia sepanjang hari.
Terinspirasi dari sini, jangan pernah pelit dengan pujian. Pujian tidak saja
gratis, tapi juga bisa menyelamatkan banyak sekali jiwa yang sedang gelap.
Pekerjaan rumahnya kemudian, bagaimana melatih diri agar bisa memberikan pujian
secara tepat sekaligus menyentuh.
Sejujurnya, setiap jiwa itu unik. Jika statistik mau membuang keunikan melalui
pendekatan rata-rata, dalam hubungan antarmanusia justru keunikan itulah
jendela dari mana seseorang bisa berbagi cahaya. Oleh karena itu, selalu
perhatikan ciri-ciri unik namun positif dari setiap orang yang dijumpai.
Sebagian wanita suka dengan hal-hal yang berbau kecantikan. Jika suatu hari
Anda menemukan teman wanita habis potong rambut, serta terlihat potongan
rambutnya menarik, tidak ada salahnya berucap seperti ini: “potongan rambutnya
bagus, potong rambut di mana?”. Atau jika lips sticknya berwarna indah, bagus
kalau Anda melihat bibirnya sambil bergumam pelan: “lips sticknya merk apa?”.
Jika sebagian wanita suka kecantikan, sebagian pria lebih mudah membuka
jendela jiwanya kalau lawan bicaranya mengerti kebanggaan-kebanggaanya. Seorang
sahabat pria yang mulai menua suka sekali bercerita tentang pengalamannya naik
kapal pesiar. Jika ia diajak berbicara kapal pesiar, ia bisa bercerita
berjam-jam tanpa henti.
Melalui pendekatan seperti ini, kecerdasan untuk memuji orang secara pas dan
khas bisa membuat Anda menjadi lilin berjalan. Setiap pertanyaan dan pujian
menghadirkan kilatan-kilatan cahaya ke dalam ruang-ruang gelap orang lain. Dan
ia tidak saja membuat jiwa orang lain jadi terang, tapi juga membuat jiwa Anda
tambah indah dari hari ke hari.
Penulis: Gede Prama (copied 22-8-2016)
No comments:
Post a Comment