Friday 25 January 2008

MENJADI HAMBA ALLAH YANG IKHLAS DAN TAWADHU

Ketawadhuan Hamba Ahli Ikhlas
- tidak gentar bila ditakut takuti...
- tidak lupa diri bila dipuji...
- tidak iri hati bila dipameri...
- tidak dengki bila dicaci maki...
- ikhlas, sabar..... dan rendah hati...
- tetap istiqomah, bersahaja dan mawas diri

( tambahan wong ndeso hamba sahaja )

- accompanying students following the 40th the hague international model united nations, 28 january - 02 february 2008 at world forum convetion centre den haag, the netherlands

Ada yang mendefinisikan bahwa tawadhu itu ialah Anda tidak melihat diri Anda memiliki suatu nilai (value). Dalam pengertian lain tawadhu bermaksud merendahkan nilai amal --- tentunya dengan suatu alasan. Sementara itu ikhlasnya seorang hamba Allah ditandai oleh sebelas hal.

Pertama, ia tidak mencari popularitas dan tidak menonjolkan diri.
Kedua, tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.
Ketiga, ia tidak silau dan tidak cinta pada jabatan.
Keempat, ia tidak diperbudak imbalan dan balas budi.
Kelima, tidak mudah kecewa.

Keenam, tidak membedakan amal besar dan amal kecil.
Ketujuh, tidak fanatik golongan.
Kedelapan, ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi.
Kesembilan, ringan, lahap, dan nikmat dalam beramal.
Kesepuluh, tidak egois karena selalu mementingkan kepentingan bersama.
Kesebelas, tidak membeda-bedakan pergaulan.

Lalu apa hubungan keikhlasan dan berlaku tawadhu?

Ternyata, rangkuman keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhuan. Orang yang tawadhu berarti keikhlasan telah bersarang di hatinya. Karena, menyimak kesebelas tanda di atas, ketawadhuan lebih berfungsi horisontal daripada vertikal. Dengan kata lain, tawadhu berhubungan dengan hubungan sosial atau interpersonal.

Hakikat Tawadhu
Disebutkan bahwa jika takabur adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia, maka tawadhu ialah menerima kebenaran dan menghormati manusia kecuali terhadap manusia yang Allah bersikap keras kepadanya. Sombong, arogan, keras kepala, berlaku angkuh, tinggi hati -- kalau itu semua sempat hinggap di hati kita -- saat itulah kita sampai pada apa yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah telah menyampaikan wahyu kepadaku, 'Kalian agar tawadhu, sehingga seseorang tidak angkuh atas yang lain, dan seseorang tidak menzalimi seseorang yang lain'." (HR Muslim). Ketika ketawadhuan terangkat dalam hati, saat itulah kita berlaku angkuh dan siap berbuat zalim terhadap orang lain. Na'udzubillahi min dzalik.

(repubilka.co.id/Jumat, 13 Desember 2002 mns/mqp)


No comments: