Sunday 18 November 2007

menyusuri halaman istana prinz van nederland

Hari minggu yang cerah, tanggal 4 November 2007, kami berjalan-jalan menyusuri hutan yang merupakan halaman sebuah istana milik salah satu Pangeran pewaris Kerajaan Belanda. Cerita selengkapnya kami cuplikan dari tulisan Bapak Danny Lim, orang Indonesia yang sudah bermukim dan menjadi warga negara Belanda, yang dikirim lewat milist 'Kincir Angin' Minggu 18 November.
Terima kasih Bapak Danny yang aktif menulis dan rajin mendokumentasikan setiap aktivitas yang layak direkam.
Foto no. 2 dan 3 juga hasil dari jepretan dan upload Pak Danny Lim.


Beberapa hari yang lalu Pak Danny kirim email pemberitahuan ke Kincir Angin tentang adanya acara jalan-jalan di pekarangan Istana De Horsten. Istana di desa Wassenaar itu dihuni oleh pangeran Willem-Alexander dan putri Maxima Zorreguietta serta 3 putri mereka. Istana itu milik keluarga Kerajaan Belanda, dus milik privat, tapi publik boleh jalan-jalan di situ sebab ada perjanjian antara keluarga Kerajaan dengan pemerintah daerah. Bunyi perjanjian kira-kira: keluarga Kerajaan tidak usah bayar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) asal pekarangan istana dibuka untuk publik. Buat wong cilik, jalan-jalan di sana merupakan keasikan tersendiri. Karcis masuknya cuma 1 euro/orang, anak-anak 50 sen. Orang Belanda gandrung mengikuti kegiatan menyusuri alam seperti ini sebab bangsa Belanda adalah bangsa yang amat mencintai alam. Orang Indonesia yang di Belanda pun tidak sedikit yang menggandrungi acara jalan-jalan mengagumi alam seperti ini.
Email ajakan Pak Danny menghasilkan dua reaksi lewat japri, yang pertama dari pak Aksan Saputra "Wah, saya kepingin ikut jalan-jalan tapi tidak bisa, sebab istri sedang ada di Malaysia". Reaksi kedua dari pak Saidan Said "Saya mau ikut, bawa 4 siswa Sekolah Indonesia". Maka Ahad, 4 November 2007 kami bertemu di pintu gerbang Istana De Horsten, membeli karcis masuk 1 euro per orang dan bergabung dengan rombongan orang Belanda yang juga akan jalan-jalan di sana. Ada 3 orang guides dari IVN Leiden, semuanya bekerja gratis sukarela demi kecintaan mereka kepada alam dan entusias menalarkan pengetahuan alam mereka ke banyak orang Belanda. IVN adalah instansi pecinta alam berpusat di Leiden. Ada sekitar 20 penduduk Belanda yang turut jalan-jalan, dari Indonesia ada 8 orang yaitu pak Saidan Said and his four pupils serta saya, istri dan anak bungsu. Anak sulung Pak Danny kali ini tidak ikut sebab ujian SMA. Rombongan dibagi dua, rombongan pertama dipimpin seorang guide dan pengikutnya bule semua, rombongan kedua dipimpin oleh dua orang guides, yaitu rombongan kami bercampur dengan sekitar 10 orang Belanda.
Begitu melangkah beberapa puluh meter dari loket pintu gerbang, kami sudah masuk ke sebuah hutan kecil dengan suasana musim gugur, yaitu daun-daun berwarna kuning berguguran ke tanah. Udara di sana amat bersih dan segar. Setiap beberapa puluh meter rombongan kami berhenti untuk mengamati jamur-jamuran yang ditemukan menempel di batang pohon atau menyembul dari semak-semak. Dua guide itu dengan profesional menerangkan seluk-beluk jamur yang ditemui, juga perihal pohon-pohon di sana. Ada pohon beracun, kuda pun bisa mati bila memakan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah itu. Namun burung yang doyan makan buahnya tidak pernah ada yang mati, guide bertanya ke kitorang ada yang tahu apa sebabnya? Karena semua pejalan kaki bungkam, guide menjelaskan "Burung cepat sekali berak, buah itu di dalam perut burung hancur dan dagingnya diserap oleh lambung burung tapi bijinya yang beracun itu belum sempat hancur di dalam perut burung sudah keburu diberakkan oleh sang burung sehingga burungnya selamat."
Selesainya acara jalan-jalan menyusuri hutan di pekarangan istana De Horsten itu, kaki dan badan terasa capai tapi enak segar. Napas kita menjadi plong karena banyak menghisap oksigen. Bila anda membayangkan pekarangan istana di Belanda mewah, itu salah besar. Pekarangan istana (dan pekarangan di mana saja di seluruh Belanda) dipertahankan keasliannya. Bahkan pohon yang tumbang tidak akan disingkirkan, dibiarkan sampai batangnya rapuh lalu diselidiki lumut-lumutan dan jamur-jamuran yang tumbuh di batang itu. Batang pohon yang tumbang buat orang Belanda simbol dari kebangkitan baru, sebab di batang yang mati itu akan tumbuh kehidupan baru berupa lumut dan jamur. Meresapi filosofi orang Belanda berkaitan dengan alam tidak akan ada habisnya, sebab alam sendiri tidak ada batasannya. Begitu akbar, begitu misterius, begitu menyegarkan, sehingga sebagai mahluk bagian alam kita harus berusaha menjaga melestarikan dan mewairkan alam ke generasi yang akan datang.
Pak Saidan bertanya ke guide "Ada ular di sini?" Pak Danny menyela "Andaikata ada, ularnya pasti terbirit-birit lihat kumis pak Saidan" :-). Just kidding.









Kepala Sekolah Indonesia Nederland, his four pupils and Danny Boy.



No comments: